Friday, March 27, 2015

Sensasi Terbang Jakarta-Pangandaran Dengan Pesawat Mungil Susi Air

Bandara Nusawiru Kabupaten Pangandaran

Terbang dengan pesawat seperti Airbus, Boeing, Bombardier ataupun ATR sampaknya sudah biasa. Lalu bagaimana rasanya terbang dengan pesawat mungil Cessna Grand Caravan 208? Tentu ada pengalaman yang tidak terlupakan.

Pagi ini, Sabtu (28/03/2015) detikFinance mencoba menaiki pesawat Cessna Grand Caravan 208 milik maskapai Susi Air dengan nomor penerbangan SI232. Tujuannya adalah Tunggul Wulung, Cilacap, Jawa Tengah via Nusawiru Pangandaran. Terbang melalui Bandara Halim Perdana Kusuma tepat pada pukul 06.30 WIB.

Bersiap naik pesawat

Sebelum menaiki pesawat, seperti biasa penumpang melakukan check-in tiket di bagian reservasi penerbangan. Tidak seperti saat naik pesawat biasa yang hanya perlu menyerahkan tiket dan menimbang bagasi, naik pesawat mungil ini, penumpang dan seluruh barang bawaan baik bagasi maupun tas yang dibawa ke dalam kabin harus ditimbang.

Ada perasaan malu-malu dari para penumpang saat ditimbang karena sensor digital penunjuk berat badan karena bisa dilihat oleh banyak calon penumpang.

Usai mendapatkan tiket 2 lembar kertas putih, penumpang segera boarding. Karena jumlah penumpang pesawat ini cukup sedikit yaitu hanya 12 orang, penumpang bisa melenggang dengan santai menuju ruang keberangkatan khusus Susi Air Lounge tanpa harus desak-desakan dengan penumpang lainnya. Di ruangan ini pula, kita bisa menemui satu buah foto sang pemilik yaitu Susi Pudjiastuti.

Terbang dengan pesawat mini Cessna Grand Caravan 208 ternyata penuh kejutan. Setelah masuk ke dalam pesawat, penumpang bisa duduk dengan bebas di kursi yang telah disediakan. Sang pilot kemudian memberikan penjelasan prosedur keselamatan penumpang tanpa dibantu pramugari.

Formasi tempat duduk di pesawat Cessna Grand Caravan 208 terdiri dari empat baris. Tiap baris terdiri dari satu kursi di sebelah kiri dan dua kursi di sebelah kanan. Khusus tempat duduk paling belakang tiga kursinya tidak terpisah atau menyatu.

Antara ruang pilot (cockpit) dan ruang penumpang tidak dipisahkan sekat apa pun. Semua aktivitas pilot mulai dari menerbangkan pesawat hingga berkomunikasi dengan pihak bandara bisa dilihat langsung dengan jelas.

Kemudian lepas landas, pesawat mungil ini ternyata memiliki tingkat kebisingan luar biasa. Suara dan getaran mesinnya cukup kuat di telinga. Maka tidak heran kedua pilot asing memakai headset atau earmuff untuk meredam suara berisik tersebut.

Dengan jendela besar, pemandangan langit serta gunung-gunung yang membentang di Jawa Barat bisa terlihat dengan jelas. Tidak hanya gunung, bukit-bukit hijau, hutan, dan birunya langit, hingga rumah-rumah penduduk bisa terlihat dengan jelas. Karena pesawat terbang tidak terlalu tinggi.

Pemandangan pegunungan di bawah sana

Pengalaman yang tidak terlupakan adalah setiap manuver dan gerakan pesawat juga cukup terasa. Misalnya saja saat pilot memiringkan pesawat untuk berbelok atau ketika pesawat menembus awan.

"Are you okay," kata seorang pilot yang berkewarganegaraan asing kepada penumpang.

Sekitar 60 menit terbang, daratan Pangandaran mulai terlihat. Landas pacu bandara yang panjangnya 1 km juga terlihat jelas. Pilot secara bertahap menurunkan kecepatan pesawat dan daya jelajah ketinggian. Tidak lama kemudian, pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Nusawiru, Pangandaran tepat pukul 07.30 WIB.

"Thank you very much, selamat datang di Pangandaran," ucap sang pilot kepada penumpang.

Sumber teks dan foto : Detik

No comments:

Post a Comment