Gunung Slamet meletus, 12 September 2014. MN Adin/Anadolu Agency/Getty Images |
"Dentumannya terdengar sejak jam tiga sore, dan berlangsung hingga jam tujuh malam," kata salah satu mahasiswa Jurusan Farmasi Unsoed, Hernandita, 19 tahun, saat dihubungi Tempo, Rabu, 17 September 2014.
Dia mengatakan dentuman terdengar setiap 15 menit sekali. Dentuman dimulai sejak pukul tiga sore. Dentuman terdengar lebih keras pada pukul lima sore, dan paling keras pada pukul tujuh malam. Satu jam setelah dentuman terkeras, sekitar pukul delapan malam, turun hujan pasir di daerah Purwokerto.
Namun, dia mengatakan, tak ada imbauan dari pihak kampus untuk memulangkan mahasiswa lebih cepat atau menghentikan kegiatan belajar-mengajar. "Kami berkegiatan seperti biasa," kata Hernandita yang mengaku saat itu masih berada di kampus untuk latihan teater.
Awan mendung di kawasan Purwokerto sudah mulai tampak sejak sore tadi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh letusan Gunung Slamet sekitar pukul 10.37. "Dentumannya sampai menggetarkan kaca jendela," kata Yudi Setiyadi, 34 tahun, warga Desa Keniten, Banyumas.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono membenarkan adanya letusan itu. Dia mengatakan letusan masih akan tetap berlangsung. Tapi, ia menekankan, aktivitas Gunung Slamet dalam empat hari terakhir menurun dan tidak menunjukkan adanya gempa tremor. Ia menegaskan, status Gunung Slamet masih siaga.
Sumber : Tempo Online
No comments:
Post a Comment